EVOLUSI TEORI FRAUD
EVOLUSI TEORI FRAUD
Kali
ini saya akan membahas mengenai evolusi dari teori Fraud. Seperti yang kita ketahui, Fraud merupakan kebohongan/kecurangan yang disengaja atau kejahatan
manipulasi informasi dengan tujuan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Biasanya kejahatan yang dilakukan adalah memanipulasi data keuangan bagi
keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut. Dalam literatur akuntansi,
fraud juga biasanya dikenal sebagai “kejahatan berkerah putih, kebangkrutan
penggelapan uang dan bertentangan dengan peraturan” berdasarkan definisi diatas
dapat dilihat bahwa fraud atau kecurangan memiliki empat kriteria yang harus
dipenuhi yaitu:
- Tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku secara sengaja
- Adanya korban
- Korban menuruti kemauan pelaku
- Adanya kerugian yang aialami oleh korban
Beberapa
teori menjelaskan bagaimana sebuah Fraud
itu dapat terjadi. Fraud Triangle
merupakan teori yang sering digunakan untuk mengnalisa adanya Fraud. Tetapi tidakhanya Fraud Triangle aja yang dapat digunakan
untuk menganalisa Fraud. Berikut merupakan
perkembangan dari Teori Fraud :
1.
FRAUD
TRIANGLE
Konsep
fraud triangle pertama kali diperkenalkan oleh Cressey pada tahun 1953 pada
saat melakukan serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah dihukum karena
melakukan penggelapan uang perusahaan. Segitiga kecurangan ini menggambarkan
tentang tiga penyebab terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan asset.
a. Pressure
(tekanan)
Adalah dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang atau tagihan yang
menumpuk, gaya hidup yang mewah, ketergantungan narkoba, ketidakberdayaan dalam
soal keuangan, dan keserakahan. Tekanan mempunyai dua bentuk yaitu :
- Bentuk nyata (direct) adalah kondisi kehidupan nyata yang dihadapi oleh pelaku seperti kebiasaan sering berjudi, party/clubbing, atau persoalan keuangan.
- Bentuk persepsi (indirect) adalah opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan executive need.
Dalam
SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan/motif
yaitu :
-
Financial stability
-
External pressure
-
Personal financial need
-
Financial targets
b. Opportunity
(kesempatan)
Biasanya disebabkan
karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan,
dan/atau penyalahgunaan wewenang, ketidakdisiplinan, kelemahan dalam mengakses
informasi, tidak ada mekanisme audit & sikap apatis. Di antara tiga elemen
fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir
melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap
fraud.
c. Ratonalization
(rasionalisasi)
Tindakan kecurangan juga disebabkan
oleh sikap ataupun karakter dari seseorang. Orang yang memiliki karakter dari
seseorang. Orang yang memilik karakter tidak jujur dan sikap yang kurang baik
biasanya persentase mereka lebih besar untuk melakukan fraud.
2.
THE
FRAUD SCALE
Teori fraud
scale merupakan perkembangan teori dari teori sebelumnya yaitu teori fraud
triangle. Teori ini diperkenalkan oleh Albrecht, Keith Howe, dan Marshall Romney
dalam Deterring Fraud: Internal Perspektif
Auditor (Lembaga Internal Yayasan Penelitian Auditor, 1984). Dalam teori
ini dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya tindakan fraud atau kecurangan
dengan cara mengamati tekanan, kesempatan dan integritas pelaku yang akan
melakukan fraud. Apabila seseorang memiliki tekanan yang tinggi,
kesempatan besar dan integritas pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan
terjadinya fraud yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Tekanan disini
terjadi karena masalah keungan dan atau bisa karena masalah di lingkungannya.
Adanya kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya
pengendalian maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang
rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. Fraud Scalemempunyai
tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika, kepercayaan dan tanggung
jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada penipuan
laporan keuangan.
3.
FRAUD
DIAMOND
Dalam
"The Fraud Diamond: Menimbang Empat Elemen Penipuan, "(The CPA Journal,
Desember 2004), David T. Wolfe dan Dana R. Hermanson menjelaskan terdapat empat
sisi Fraud Diamond yang memperluas segitiga penipuan untuk menggabungkan
kemampuan individu yaitu: ciri dan kemampuan pribadi yang dimainkan, peran
utama apakah penipuan benar-benar akan terjadi terjadi mengingat adanya
tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Penulis menyarankan agar banyak
kecurangan, terutama sebagian penipuan laporan keuangan bernilai miliaran
dolar, tidak akan terjadi tanpa adanya hak seseorang dengan kemampuan yang tepat
menerapkan detail kecurangan. Wolfe dan Hermanson menjelaskan empat sifat yang
dapat diamati untuk melakukan kecurangan, terutama bila melibatkan jumlah uang
yang besar atau berlanjut untuk jangka waktu yang panjang.sifat tersebut yaitu :
- Posisi atau fungsi otoritatif dalam organisasi;
- Kapasitas untuk memahami dan mengeksploitasi sistem akuntansi dan pengendalian internal
- Keyakinan (ego) bahwa dia tidak akan terdeteksi, atau, jika tertangkap, dia akan berbicara dirinya keluar dari masalah;
- Kemampuan untuk mengatasi stres yang tercipta di dalam orang yang baik dia melakukan perbuatan buruk.
4.
FRAUD
PENTAGON
Teori
fraud pentagon di kemukakan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011. Teori fraud pentagon
merupakan perluasan dari teori fraud triangle sebelumnya yang di kemukakan oleh
Cressey, dalam teori ini menambahkan dua penyebab fraud yaitu kompetensi
(competence) dan arogansi (arrogance). Kompetensi (competence) yang dipaparkan
dalam teori fraud pentagon memiliki makna yang serupa dengan kapabilitas/
kemampuan (capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori fraud diamond.
Kompetensi dan kapabilitas merupakan kemampuan karyawan untuk mengabaikan
control internal, mengembangkan strategi penyembunyian, da mengontrol situasi
sosial untuk keuntungan pribadinya. Sedangkan arogansi adalah sikap superioritas
atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa control atau kebijakan internal tidak
berlaku untuk dirinya.
5.
TEORI
GONE
Teori
Gone merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun 1999.
Dalam teori ini terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya
fraud, yaitu :
- Greed (ketamakan/keserakahan) adalah keinginan untuk selalu memperoleh sebanyak-banyaknya (KBBI Daring, 2008). Ketamakan sangat berhubungan dengan moral seorang individu.
- Opportunity (kesempatan/peluang) merupakan suatu keadaan yang bisa datang kapan saja. Selain itu, peluang sangat bergantung pada tingkat kedudukan jabatan seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar peluangnya melakukan kecurangan.
- Need (kebutuhan) dapat menjadi faktor penyebab tindak kecurangan saat kebutuhan seseorang (dapat dikatakan) sangat mendesak. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan inilah yang kemudian menjadikan seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan bertindak curang.
- Exposure (pengungkapan) berkaitan dengan hukuman pelaku fraud. Dengan terungkapnya suatu kecurangan dalam perusahaan tidak menutup kemungkinan terulangnya hal yang sama apabila hukuman atau saksi yang diberikan lemah dan tidak menimbulkan sifat jera.
Greed dan Need sering
disebut sebagai faktor individu, sedangkan opportunity dan exposure disebut
sebagai faktor generik atau umum. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa menurut
teori Gone kecurangan dapat terjadi dikarenakan adanya keserakahan didalam
kekuasaan, adanya peluang untuk melakukan kecurangan, serta karena dihimpit
oleh tuntutan hidup, baik berupa tuntutan primer seperti keluarga individu,
maupun karena gengsi.
Referensi :
Hall, James A. Accounting
Information Systems seventh edition.
Arles,
Leardo. 2014. Predator vs. Accidental Fraudster Diamond theory Refleksi
Teori Fraud Triangle (Klasik).
Dorminey
J., A. Scott Fleming, Mary-Jo Kranacher,
and Richard A. Riley, Jr. 2012 . The Evolution of Fraud Theory. Issues in Accounting Education. American
Accounting Association. Volume 2, No. 2.
Dorminey
J., A. Scott Fleming, Mary-Jo Kranacher,
and Richard A. Riley, Jr. 2010. Beyond
The Fraud Triangle. The CPA Journal.
Komentar
Posting Komentar